Business Environment
Selain ini, saya juga memiliki BRAM di porto lain. Lembar saham ada 800 lot, dengan average 7427. Ada 600 juta.
Saya hendak ingin menurunkan average saya jadi 6000, hal ini bisa dilakukan dengan murah ketika BRAM turun ke harga 4000-5000, maksimal dana yang saya butuhkan saat itu adalah 400 juta kira-kira.
Hitungan mudahnya, 600 juta - 30% (7427 ke 5000) jadi -200 juta an,
kalau mau diubah jadi -20% (average 6000an), tinggal 200 tadi dikali 5 (200/20%), jadi 1 milyar.
1 Milyar - 600 juta = 400 juta. Kurang lebih segitu kas yang saya perlu siapkan.
Chapter 1, demand dan supply
Pelaku pasar yang menjual saham BRAM adalah mereka yang tidak percaya demand serta supply (baik bahan baku, serta barang jadi) akan berlaku baik untuk keberlangsungan bisnis.
Saya tidak bilang kalau orang tersebut tidak duduk dan renungkan. Mungkin juga karena ia sudah melihat kesempatan yang lebih baik, jadi ikhlas buang Indo Kordsa. Saya tidak bisa bilang mana yang duluan, karena itu bukan keharusan saya sebagai manusia yang tidak tahu.
Demand Indo Kordsa bertumbuh, harus saya tekankan ini, produknya adalah kain ban polyester dan nylon 6,6. Di dalam ban ada berbagai macam kain ban, namun yang dipakai untuk mobil dan motor itu polyester, serta sudah pasti sebagian steel tyre cord. Ada juga ban yang tidak pakai kain ban, yaitu tweel namun ini dipakai untuk kendaraan, mesin yang tidak memiliki suspensi, misalnya alat berat pertanian yang tidak perlu cepat melaju.
Kalau ditanya, apakah tweel akan menggantikan kain ban? Ini bisa saya bahas di post berikutnya.
Kembali lagi, demand kain ban polyester itu akan bertumbuh, replacing nylon. Sebelum nylon, kain ban yang dipakai adalah Rayon, dan sampai sekarang masih ada ban yang menggunakan rayon meski sisa 2% dari circle demand kain ban. Sebelum ini semua, kain ban menggunakan cotton (sampai akhirnya nylon replace cotton karena dupont dan synthetic chemist).
Dari sinilah poin penting harus diambil. Saya harus tekankan lagi, apakah kamu tau berapa produsen kain ban polyester dan nylon 6,6 di dunia? Apakah kalian tau roti kain ban polyester dengan nylon 6,6?
Dapat diketahui kalau Kordsa (bukan hanya Indo Kordsa), itu supply 2/3 ban pesawat (nylon 6,6 tyre cord) dan 1/3 ban mobil (polyester tyre cord).
Sudah kita pelajari di post sebelumnya, kalau Hyosung Advanced Material (anak usaha dari Hyosung) itu mengambil 50% market share polyester tyre cord. Kordsa yang mengambil 30%an market share, maka meninggalkan porsi roti sisa 15% untuk lain-lain. Begitu juga dengan nylon 6,6 dimana Kordsa menjadi produsen utama.
Sekarang kita fokus ke, demand ban. Karena memang ini produk B2B, jadi kita harus fokus ke growth ban.
Dapat dilihat sejarahnya dengan rinci disini,
Menurut manajemen Indo Kordsa pada Annual Report 2022 di bagian Prospek Usaha, mereka mengatakan bahwa kondisi produksi ban dunia akan meningkat, dan APAC akan mendominasi bisnis automotif global. Saya sangat setuju, sekarang produksi ban masih di dominasi oleh China, akan tiba waktunya pindah ke ASEAN (bisa dilihat contohnya michelin yang menanam natural rubber di indonesia, dan michelin yang mencaplok MASA).
Sudah bertahun-tahun ini memang, kondisi supply dan demand kain ban itu masih lebih besar supply yaitu ini karena perusahaan itu forward looking, jadi mereka ekspansi karena percaya kedepan demand bertumbuh, sedangkan namanya demand itu elastis. Yang namanya elastis, bisa naik turun dengan sangat cepat (misal ada krisis, atau ada teknologi baru).
Faktor supply and demand ini yang menentukan ASP (average selling price) yaitu bisa didapat dari penjualan dibagi volume penjualan.
Demand produk HARUS naik, maka ASP naik. Simplenya karena supply itu inelastic (tidak bisa dengan cepat naik turun, tapi harus ada ekspansi dan untuk ekspansi harus ada uang lebih yaitu dari kenaikan ASP).
Chapter 2, gross margin
Sudah berbicara mengenai ASP, kita berbicara mengenai bahan baku, karena ini yang menentukan margin.
Namun untuk kain ban polyester dan nylon 66 itu dari, jagung dan minyak mentah.
Sampai segini saja dulu, saya yakin anda bisa teruskan pertanyaan anda dengan mencari taunya sendiri.
Kalau diteliti dengan baik, untuk produksi HMND serta NY 66 Salt + flake itu tidak mudah, karena teknologi patent dari DuPont. Maka itu adanya nylon 6 sebagai pesaing nylon 6,6.
Namun kan yang dijadikan pertanyaan, bagaimana margin kain ban terhadap bahan baku? Bahan bakunya mengambil hampir sebagian besar dari produksi kain ban. Simplenya karena ini bukan B2C, dan produk kain ban itu dijual ke perusahaan-perusahaan besar yang beli volume, karena jumlahnya terbatas juga mereka punya bargaining power. Namun berbeda dengan kondisi bisnis kain ban nylon 6,6 karena Kordsa produsen utama dan diproteksi Dupont, marginnya bisa bagus. Sebut saja, dulu Branta Mulia itu ada karena Indonesia dulu importir kain ban.
Apakah bisa, bahan baku polyester itu menjadi sangat langka, serta nylon 6,6 juga sehingga perusahaan rugi kotor?
Hal ini bisa terjadi, kalau ada produk pengganti, produk alternative, dan produk pengganti ini menggunakan bahan baku yang lebih murah (contohnya nickel pig iron VS ferronickel, perusahaan pacific metals).
Namun untuk sekarang tidak, karena demand bertumbuh (lagi mesin-mesin kain ban itu bisa dijual karena ukurannya tidak besar).
Sekarang, kalaupun misal bahan baku langka, seperti yang pernah diterbitkan Indo Kordsa 74d08ba143_13383936aa.pdf (idx.co.id) yaitu ASP bahan baku naik, maka ASP produk juga naik, kenapa?
Simplenya, karena Hyosung dan Kordsa memegang pasar polyester, dan Kordsa memegang pasar nylon 6,6. Dari kedua pemain ini, mereka hanya bisa produksi kalau untung, kalau ASP tidak naik, mereka mana mau produksi kecuali mereka mau mempertahankan market share, dan ini bagus kalau demand bertumbuh. Lalu secara GPM juga kordsa lebih baik daripada peers (coba lihat riset paper hyosung di post saya sebelumnya). Semua ini tergantung dari cash cost, tergantung dari mesin, direct labor, energi yang digunakan, dan aspek geografis.
Simplenya, karena Hyosung dan Kordsa memegang pasar polyester, dan Kordsa memegang pasar nylon 6,6. Dari kedua pemain ini, mereka hanya bisa produksi kalau untung, kalau ASP tidak naik, mereka mana mau produksi kecuali mereka mau mempertahankan market share, dan ini bagus kalau demand bertumbuh. Lalu secara GPM juga kordsa lebih baik daripada peers (coba lihat riset paper hyosung di post saya sebelumnya). Semua ini tergantung dari cash cost, tergantung dari mesin, direct labor, energi yang digunakan, dan aspek geografis.
Manufaktur yang bagus adalah manufaktur yang siap ekspor, dan memiliki cash cost rendah, this is a recipe for world domination.
Khusus untuk MOLI serta Lotte Chemical Titan (KLSE), margin tertekan dan bahkan LCT sampai rugi usaha itu karena ada kompetitor yang mempunyai bahan baku lebih murah, serta margin lebih baik sehingga bisa turunin harga pasar.
Jadi belilah manufaktur yang memiliki cash cost rendah seperti INKP, TKIM.
Terima kasih sudah baca post saya.